Hutan Indonesia Alternatif masa depan untuk memenuhi kebutuhan pangan, kayu, energi dan REDD+

27 September 2011

Shangri-La Hotel di Jakarta, Indonesia

Center for International Forestry Research (CIFOR), bersama dengan kelompok bisnis, LSM, badan pembangunan dan pihak pemerintah, akan menyelenggarakan sebuah konferensi satu hari bertema Hutan Indonesia: alternatif masa depan untuk memenuhi kebutuhan pangan, kayu, energi dan REDD+. Acara ini bertujuan untuk memberikan wadah bagi 800 tokoh dari semua kalangan untuk mendiskusikan tantangan dan kesempatan yang dihadapi Indonesia dalam pemanfaatan hutan secara lestari.

Indonesia adalah salah satu penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, yang mana sebagian besar berasal dari sektor kehutanan. Di kancah internasional, berbagai lembaga, pemerintah dan badan peneliti telah setuju bahwa skema pendanaan di bawah payung Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan dan peningkatan stok karbon, atau REDD+ memiliki potensi yang paling menjanjikan untuk memerangi perubahan iklim dalam jangka pendek. Dilatarbelakangi hal ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah berjanji untuk mengurangi emisi sebesar 26% dari tingkat business-as-usual pada tahun 2020 dan sebesar 41%, apabila Indonesia mendapatkan bantuan internasional.

Namun, banyaknya kebutuhan akan hutan untuk pertanian, pertambangan, pulp dan kertas, serta tujuan pembangunan lainnya telah memicu perdebatan hangat tentang bagaimana mencapai aspirasi global Presiden SBY untuk mengurangi tingkat emisi. Pemerintah Indonesia telah mengumumkan moratorium konsesi pengunaan hutan baru untuk masa dua tahun, yang mana disambut oleh sebagian pebisnis dengan penolakan dan keragu-raguan. Beberapa tokoh dunia usaha mengeluhkan bahwa moratorium ini, apalagi ditambah peraturan perundangan yang kerap bertentangan, kurang jelas. Apabila ditambah ketidakjelasan hukum yang ada, konsesi yang tumpang tindih, dan konflik sosial mengenai tata guna lahan, hasilnya dapat mematahkan semangat berusaha pelaku bisnis di Indonesia. Namun, pada saat yang sama, semakin banyak pengusaha Indonesia mulai merangkul konsep ekonomi rendah karbon dan pemanfaatan sumber daya secara lestari. Mereka menunggu insentif atau adanya bukti kesempatan berbisnis dengan model ini.

Kesadaran pemangku kepentingan bahwa pola tata guna lahan di Indonesia tidaklah lestari juga semakin meningkat. Kalaupun Presiden SBY tidak menyerukan pengurangan emisi, ada banyak alasan Indonesia perlu memikirkan kembali kondisi penggalian sumber daya alam, terutama dampak sosial dan lingkungan setempat. Karena itu, sangat diperlukan sebuah dialog terbuka dan jujur terkait kebijakan yang perlu dijalankan oleh Indonesia.

Konferensi ini akan menampilkan para tokoh dan pembicara dalam serangkaian forum yang terbagi menjadi dua tema, yaitu:

  • Perdagangan dan investasi: Dampaknya bagi hutan
  • REDD+ dalam transisi menuju masa depan rendah karbon

Mari bergabung.

Pendaftaran gratis dapat dilakukan langsung di www.ForestsIndonesia.org dan kami juga akan menyediakan penerjemahan pidato dan diskusi secara langsung dalam Bahasa Indonesia dan Inggris.


info lebih lengkap silahkan kunjungi:

http://www.forestsclimatechange.org

Source:

http://www.forestsclimatechange.org/id/events/konferensi-hutan-indonesia.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hutan Desa Setulang kabupaten Malinau telah di verifikasi oleh Kementerian Kehutanan

DAFTAR ALAMAT INSTANSI KEHUTANAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN

Bukit Soeharto